1. Tradisi Romawi dan Yunani Kuno:Dalam budaya Romawi dan Yunani kuno, mengaitkan kelingking adalah isyarat simbolis yang digunakan untuk menyegel janji dan kesepakatan. Isyarat ini dianggap sangat mengikat karena kelingking adalah jari terlemah, melambangkan kerentanan dan kepercayaan.
2. Inggris Anglo-Saxon:Di Inggris Anglo-Saxon abad pertengahan, orang-orang biasa melakukan gerakan serupa yang disebut "Ikrar Pertunangan Iman" atau "Plight-Plight." Itu adalah sumpah formal yang dibuat antara dua individu, di mana mereka akan mengatupkan tangan kanan mereka, dengan kelingking mereka saling bertautan. Sikap ini melambangkan janji yang serius dan tidak dapat diingkari.
3. Tradisi Rakyat Eropa:Di berbagai belahan Eropa, sumpah kelingking secara tradisional dikaitkan dengan cerita rakyat dan kepercayaan tentang membuat permohonan. Anak-anak, khususnya, akan mengaitkan kelingking mereka dan membuat permohonan rahasia, percaya bahwa permohonan tersebut akan terkabul jika kedua belah pihak menepati janji dan tidak memutuskan hubungan.
4. Amerika Serikat:Istilah "sumpah kelingking" menjadi lebih populer di Amerika Serikat pada abad ke-19 dan ke-20, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini dipandang sebagai cara untuk memperkuat janji dan menciptakan rasa percaya antar individu.
Seiring berjalannya waktu, sumpah kelingking berkembang menjadi isyarat simbolis yang mewakili sebuah janji, yang sering digunakan di antara teman dan anggota keluarga. Ini berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya kepercayaan, kesetiaan, dan menepati janji, bahkan dalam situasi santai atau ringan.