1. Mitologi Yunani dan Romawi Kuno :Di Yunani dan Roma kuno, orang percaya bahwa dewa tertentu, seperti Hestia, dewi perapian, memiliki kekuatan untuk mengabulkan permintaan. Saat meniup lilin pada kue ulang tahun, asapnya dianggap membawa harapan ke langit, di mana harapan itu akan didengar oleh para dewa.
2. Cerita Rakyat Jerman :Di beberapa wilayah Jerman, diyakini bahwa roh baik bersemayam di dalam lilin. Ketika lilin dinyalakan, roh-roh ini dilepaskan dan dapat membantu memenuhi keinginan. Meniup lilin dipandang sebagai cara mengirim roh kembali ke lilin dengan harapan.
3. Tradisi Yahudi :Dalam budaya Yahudi, ada kebiasaan yang disebut "Yahrzeit", yaitu menyalakan lilin untuk orang terkasih yang telah meninggal pada hari peringatan kematiannya. Doa dan harapan yang dibisikkan saat menyalakan lilin diyakini dapat menjangkau jiwa orang yang telah meninggal.
4. Dongeng Ibu Peri :Ide membuat permohonan pada lilin ulang tahun mungkin juga dipengaruhi oleh dongeng ibu baptis, di mana keinginan karakter dikabulkan ketika kondisi tertentu terpenuhi. Meniup lilin pada kue ulang tahun dapat dilihat sebagai representasi simbolis dari tindakan pengabulan keinginan yang ajaib ini.
5. Imajinasi Anak-anak :Dalam cerita rakyat anak-anak, ucapan selamat ulang tahun dan meniup lilin telah menjadi bagian yang menyenangkan dan simbolis dalam perayaan ulang tahun. Anak-anak sering kali mengucapkan permohonan dalam hati sebelum meniup lilin, sehingga menambah unsur antisipasi dan kegembiraan pada acara tersebut.
Seiring berjalannya waktu, tradisi mengucapkan permohonan sambil meniup lilin telah menjadi bagian dari perayaan ulang tahun di banyak budaya di seluruh dunia. Ini berfungsi sebagai momen refleksi yang tenang, kegembiraan, dan harapan bagi individu dari segala usia.