Istilah ini diciptakan oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya tahun 2001 _Fooled by Randomness_ dan didasarkan pada analogi bahwa sebelum angsa hitam pertama kali terlihat di Eropa di Australia, semua angsa dianggap berwarna putih. Angsa hitam sangatlah langka, dan penemuan mereka membantah anggapan yang selama ini dianggap remeh oleh banyak orang.
Taleb berpendapat bahwa kita sering salah mengartikan keacakan atau volatilitas sebagai risiko. Risiko dapat diketahui, diukur dan dikelola. Sebaliknya, peristiwa angsa hitam tidak bisa terjadi. Kita hanya bisa bersiap menghadapinya dengan memahami bahwa hal itu bisa dan akan terjadi.
Karakteristik peristiwa angsa hitam:
1. Pencilan :Mereka berada di luar ekspektasi normal.
2. Dampak Ekstrim :Dampaknya signifikan, meluas, dan berdampak.
3. Prediktabilitas Retrospektif :Kalau dipikir-pikir, hal tersebut sering kali terlihat mudah ditebak.
4. Penjelasan :Peristiwa ini biasanya memiliki penjelasan sederhana setelahnya, sehingga menciptakan ilusi yang dapat diprediksi.
5. Kelangkaan :Hal ini jarang terjadi dan tidak terduga, sehingga sulit diprediksi.
Contoh peristiwa angsa hitam antara lain krisis keuangan tahun 2008, serangan teroris 11 September 2001, pandemi COVID-19, dan kebangkitan Donald Trump.
Memahami konsep peristiwa angsa hitam (black swan events) sangat penting dalam berbagai bidang seperti keuangan, ekonomi, dan manajemen risiko, karena hal ini mendorong individu untuk lebih waspada terhadap peristiwa yang tidak pasti dan berpotensi merugikan yang dapat terjadi.