Dalam tradisi agama seperti Hinduisme, Budha, Jainisme, dan Sikhisme, reinkarnasi sering dipandang sebagai proses alami evolusi spiritual. Tujuan akhir dari tradisi-tradisi ini adalah untuk melepaskan diri dari siklus reinkarnasi dan mencapai pembebasan atau pencerahan, yang memungkinkan penyatuan jiwa dengan Yang Ilahi atau lenyapnya penderitaan. Untuk keluar dari siklus ini, individu bertujuan untuk mengembangkan kebijaksanaan spiritual, kemurnian, dan kasih sayang, berupaya mengatasi keinginan, keterikatan, dan tindakan negatif yang mengikat mereka dengan dunia material.
Beberapa ajaran filosofis dan spiritual mengusulkan cara alternatif untuk memahami hakikat keberadaan dan reinkarnasi. Misalnya, dalam tradisi Buddha Theravada, konsep kelahiran kembali dikaitkan dengan gagasan tentang ketidakkekalan dan gagasan "tanpa diri" (Anatta). Dalam perspektif ini, tujuan utamanya bukanlah untuk melepaskan diri dari siklus eksistensi, namun untuk mendapatkan wawasan tentang hakikat realitas yang sebenarnya dan menghilangkan akar penyebab penderitaan.
Dalam agama-agama Ibrahim seperti Yudaisme, Kristen, dan Islam, konsep reinkarnasi umumnya tidak diterima sebagai prinsip utama. Sebaliknya, tradisi-tradisi ini berfokus pada gagasan tentang kehidupan setelah kematian dan kebangkitan. Kepercayaan pada akhirat biasanya melibatkan satu penghakiman setelah kematian, berdasarkan perbuatan seseorang dalam hidup, yang menentukan pahala kekal di surga atau hukuman di neraka.
Dalam filsafat Barat, perspektif eksistensialis dan materialis sering kali menolak gagasan reinkarnasi. Eksistensialisme menekankan kebebasan individu, tanggung jawab, dan pentingnya menjalani kehidupan otentik tanpa bergantung pada nasib atau kehidupan masa lalu yang telah ditentukan sebelumnya. Filsafat materialis, yang menekankan pada dunia fisik dan dunia yang dapat diamati, umumnya tidak menganut konsep reinkarnasi.
Penting untuk menyadari bahwa perspektif tentang reinkarnasi ini beragam dan penafsirannya mungkin berbeda dalam tradisi agama dan aliran pemikiran filosofis. Keyakinan yang berbeda tentang hakikat realitas, akhirat, dan tujuan keberadaan manusia dapat menimbulkan persepsi dan pendekatan yang berbeda terhadap gagasan untuk melarikan diri atau melampaui siklus reinkarnasi.