1. Kepercayaan Takhayul :Di banyak masyarakat, ilmu sihir dipandang sebagai praktik jahat yang dapat merugikan individu atau komunitas. Kepercayaan takhayul tentang roh jahat, kutukan, dan sihir memainkan peran penting dalam mengidentifikasi dan menuduh orang yang diduga penyihir.
2. Ketegangan Sosial dan Politik :Pada saat terjadi kerusuhan sosial, kesulitan ekonomi, atau ketidakpastian politik, tuduhan santet sering kali meningkat. Orang-orang yang menghadapi tantangan mungkin menyalahkan individu yang dianggap sebagai penyihir untuk mencari kambing hitam atas kemalangan atau kejadian yang tidak dapat dijelaskan.
3. Persaingan dan Konflik Pribadi :Konflik pribadi, kecemburuan, perselisihan properti, atau perselisihan keluarga dapat mengarah pada tuduhan palsu mengenai ilmu sihir sebagai cara untuk menyakiti atau mendiskreditkan seseorang.
4. Intoleransi Beragama :Dalam periode sejarah tertentu, penganiayaan dan intoleransi agama menyasar kelompok marginal atau minoritas, termasuk mereka yang dianggap menjalankan ritual atau kepercayaan agama yang tidak konformis.
5. Bias Gender dan Misogini :Dalam banyak periode sejarah, perempuan lebih sering dituduh melakukan sihir dibandingkan laki-laki. Bias gender ini berakar pada persepsi masyarakat patriarki yang menganggap perempuan lebih lemah atau lebih rentan terhadap pengaruh jahat.
6. Histeria Massal :Perburuan penyihir sering kali menunjukkan pola histeria massal dan ketakutan kolektif, di mana masyarakat sibuk mengidentifikasi dan mengadili tersangka penyihir.
7. Pengakuan Di Bawah Tekanan :Terdakwa penyihir mungkin mengaku mempraktikkan ilmu sihir di bawah tekanan ekstrem, penyiksaan, atau ancaman hukuman, meskipun mereka tidak bersalah.
8. Pengadilan Sihir dan Preseden Hukum :Setelah ditetapkan, undang-undang dan preseden ilmu sihir menciptakan kerangka untuk penuntutan yang berkelanjutan, yang mengarah pada tuduhan dan persidangan lebih lanjut.
9. Manipulasi Politik :Dalam beberapa kasus, tuduhan santet dapat digunakan sebagai alat politik untuk menghilangkan saingan atau mengkonsolidasikan kekuasaan.
10. Penjelasan Psikologis :Beberapa sejarawan berpendapat bahwa mereka yang menuduh orang lain melakukan sihir mungkin pernah mengalami fenomena psikologis yang sebenarnya, seperti halusinasi, delusi, atau gangguan tidur, yang disalahartikan sebagai bukti adanya sihir.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap tuduhan santet seringkali rumit dan saling terkait, mencerminkan ketakutan masyarakat, bias, dan dinamika kekuasaan pada masanya.