Tantangan biologis :Konsep makhluk setengah manusia setengah ikan menimbulkan berbagai tantangan biologis dan anatomi. Putri duyung memerlukan sistem pernapasan khusus dan adaptasi terhadap lingkungan akuatiknya untuk bertahan hidup, yang belum pernah diamati pada spesies laut mana pun yang diketahui.
Pengaruh budaya :Tradisi budaya dan cerita rakyat seringkali membentuk kepercayaan dan persepsi masyarakat. Meskipun banyak budaya memiliki legenda putri duyung, cerita-cerita ini terutama dianggap sebagai makhluk mitologi, representasi simbolis, atau produk imajinasi daripada makhluk hidup sebenarnya.
Deskripsi yang bertentangan :Deskripsi putri duyung sangat bervariasi antar budaya dan periode waktu, mulai dari batang tubuh mirip manusia dengan ekor ikan hingga makhluk mirip ikan dengan ciri humanoid. Kurangnya karakteristik fisik yang konsisten semakin berkontribusi terhadap skeptisisme.
Hoaks dan kesalahan identifikasi :Sepanjang sejarah, ada kasus dugaan penampakan putri duyung yang ternyata hanya hoax atau kesalahan identifikasi hewan laut yang diketahui. Misalnya, beberapa orang mengklaim penemuan putri duyung dibuat menggunakan taksidermi atau manekin, sementara yang lain disalahartikan sebagai mamalia laut, seperti duyung atau manate.
Tidak adanya penjelasan evolusioner :Putri duyung menantang teori evolusi konvensional dan pola evolusi mamalia laut yang diketahui. Tidak ada jalur evolusi atau bukti yang menunjukkan bagaimana spesies hibrida manusia-ikan bisa berevolusi di alam.
Skeptisisme dalam sains :Komunitas ilmiah mengandalkan bukti empiris untuk membuat kesimpulan. Klaim yang luar biasa, seperti keberadaan putri duyung, memerlukan bukti yang luar biasa agar dapat dianggap sah. Dengan tidak adanya bukti seperti itu, skeptisisme dan keraguan muncul dalam dunia ilmiah.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun bukti ilmiah yang mendukung keberadaan putri duyung masih kurang, daya tarik dan makna budaya makhluk mitos ini terus memikat imajinasi orang dan menginspirasi karya kreatif fiksi dan seni.