1. Kontrol Sosial :Ilmu sihir dapat berfungsi sebagai mekanisme kontrol sosial dengan memperkuat norma dan nilai-nilai masyarakat. Individu yang dituduh melakukan sihir dapat dihukum atau dikucilkan, sehingga menghalangi orang lain untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai.
2. Mengkambinghitamkan :Tuduhan santet dapat menjadi jalan keluar bagi ketegangan dan frustrasi masyarakat dengan mengarahkan kesalahan atau kegagalan kepada individu yang dicap sebagai dukun.
3. Penjelasan Kesialan :Keyakinan ilmu sihir menawarkan kerangka untuk menjelaskan peristiwa yang tidak terduga atau tidak dapat dijelaskan, memberikan rasa kausalitas dan kendali dalam menghadapi kesulitan.
4. Mempertahankan Kepercayaan Budaya :Keyakinan dan praktik ilmu sihir dapat berkontribusi pada pelestarian tradisi dan kepercayaan budaya, menumbuhkan rasa identitas bersama dan memperkuat narasi budaya.
5. Redistribusi Ekonomi :Dalam konteks tertentu, tuduhan santet dapat digunakan sebagai cara untuk mendistribusikan kembali kekayaan atau properti dari satu individu ke individu lain, sering kali menargetkan individu yang dianggap kaya atau berkuasa.
6. Dinamika Gender :Ilmu sihir dapat diasosiasikan dengan penindasan gender, dimana perempuan secara tidak proporsional dituduh melakukan ilmu sihir di banyak masyarakat. Perburuan penyihir secara historis digunakan untuk mengontrol dan menundukkan perempuan yang menentang peran gender tradisional.
7. Ekspresi Perlawanan dan Budaya Tandingan :Ilmu sihir dapat berfungsi sebagai bentuk perlawanan terhadap struktur sosial yang dominan, memungkinkan individu untuk mengekspresikan perspektif alternatif dan keyakinan yang terpinggirkan.
8. Penyembuhan dan Ritual :Di beberapa budaya, ilmu sihir dikaitkan dengan praktik penyembuhan tradisional dan ritual spiritual, yang menawarkan cara bagi individu untuk mengatasi penyakit, mencari bimbingan spiritual, dan terhubung dengan hal gaib.
Penting untuk melakukan pendekatan terhadap diskusi tentang ilmu sihir dan fungsi sosialnya dengan kepekaan dan kesadaran konteks, karena makna dan persepsi ilmu sihir sangat bervariasi di berbagai masyarakat, periode waktu, dan latar belakang budaya.