Teokrasi di Salem
Salem, Massachusetts, didirikan pada tahun 1626 oleh sekelompok Puritan yang berusaha melarikan diri dari penganiayaan agama di Inggris. Kaum Puritan percaya pada bentuk kekristenan yang ketat, dan mereka memandang diri mereka sebagai umat pilihan yang hidup dalam perjanjian dengan Tuhan. Mereka percaya bahwa adalah tugas mereka untuk menciptakan masyarakat suci, dan mereka tidak toleran terhadap perbedaan pendapat atau penyimpangan dari keyakinan mereka.
Pada tahun 1692, Salem menjadi tempat terjadinya kepanikan sihir yang terkenal. Selama masa ini, lebih dari 200 orang dituduh melakukan sihir, dan 19 orang akhirnya dieksekusi. Kepanikan santet disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk semangat beragama, ketakutan terhadap orang luar, dan rasa cemas dan ketidakpastian secara umum.
Sifat teokratis pemerintahan Salem memainkan peran penting dalam kepanikan ilmu sihir. Para pemimpin agama di Salem mempunyai kekuasaan untuk membuat dan menegakkan hukum, dan mereka menggunakan kekuasaan ini untuk menganiaya orang-orang yang mereka yakini sebagai penyihir. Mereka percaya bahwa penyihir adalah ancaman bagi masyarakat suci yang mereka coba ciptakan, dan mereka bertekad untuk membasmi mereka.
Pemerintahan teokratis Salem juga berkontribusi terhadap ketakutan dan kecurigaan yang lazim terjadi selama kepanikan sihir. Masyarakat Salem terus-menerus diingatkan akan pentingnya ketaatan beragama, dan mereka takut terhadap apa pun yang dapat dianggap sebagai ancaman terhadap keyakinan mereka. Ketakutan dan kecurigaan ini memudahkan tersebarnya tuduhan santet, dan menyulitkan pihak yang dituduh untuk membela diri.
Kepanikan santet Salem merupakan peristiwa tragis yang disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain semangat beragama, ketakutan terhadap orang luar, serta rasa cemas dan ketidakpastian secara umum. Sifat teokratis pemerintahan Salem memainkan peran penting dalam kepanikan tersebut, dan hal ini berkontribusi pada ketakutan dan kecurigaan yang lazim pada masa ini.