Keyakinan Agama:
1. Pengaruh Kristen :Selama Abad Pertengahan, agama Kristen merupakan agama dominan di Eropa. Banyak aspek teologi Kristen dan penafsiran Alkitab berkontribusi pada kepercayaan terhadap ilmu sihir. Misalnya, konsep Iblis, gagasan tentang pertarungan antara yang baik dan yang jahat, dan gagasan untuk membuat perjanjian dengan kekuatan gaib adalah hal yang lazim.
2. Maleficarum :Pada tahun 1487, sebuah buku berjudul "Malleus Maleficarum" (Palu Penyihir) diterbitkan oleh dua saudara Dominikan, Heinrich Kramer dan James Sprenger. Buku berpengaruh ini memberikan pedoman rinci untuk mengidentifikasi, menginterogasi, dan mengadili penyihir, yang selanjutnya memicu mentalitas perburuan penyihir.
Faktor Sosial dan Budaya:
3. Takhayul :Masyarakat abad pertengahan dipenuhi dengan takhayul, cerita rakyat, dan kepercayaan magis. Orang-orang percaya pada kekuatan kutukan, mantra, dan makhluk gaib. Ilmu sihir dipandang sebagai manifestasi dari kepercayaan ini dan sering dikaitkan dengan niat jahat.
4. Takut pada Hal yang Tidak Diketahui :Di dunia yang pemahaman ilmiahnya terbatas, banyak peristiwa dan fenomena alam yang disebabkan oleh sebab-sebab supernatural. Penyakit yang tidak dapat dijelaskan, kegagalan panen, atau kecelakaan dapat disebabkan oleh para penyihir, sehingga memberikan jalan keluar bagi orang-orang untuk mengatasi ketakutan dan ketidakpastian mereka.
5. Mengkambinghitamkan :Pada saat terjadi kerusuhan sosial, kesulitan ekonomi, atau kekacauan politik, masyarakat sering kali mencari kambing hitam untuk disalahkan atas kemalangan yang mereka alami. Para penyihir menjadi sasaran empuk tuduhan-tuduhan tersebut, karena mereka dianggap sebagai orang luar atau ancaman terhadap tatanan sosial yang sudah mapan.
6. Penganiayaan terhadap Kelompok Marginal :Perempuan, khususnya mereka yang menjanda, lanjut usia, atau dianggap tidak lazim, seringkali rentan terhadap tuduhan ilmu sihir. Prasangka dan bias masyarakat terhadap kelompok tertentu berkontribusi terhadap penganiayaan mereka.
Dinamika Kekuasaan dan Kontrol Politik :
7. 巩固权力 :Para penguasa dan Gereja terkadang menggunakan tuduhan sihir sebagai cara untuk mengendalikan perbedaan pendapat dan mengkonsolidasikan kekuasaan mereka. Dengan mencap lawan politik sebagai penyihir, mereka dapat mendiskreditkan dan menghilangkan potensi ancaman.
8. Intoleransi Beragama :Dalam beberapa kasus, intoleransi beragama memicu perburuan penyihir. Otoritas Kristen menargetkan kelompok agama minoritas, seperti penyembah berhala dan bidah, dengan menuduh mereka melakukan praktik sihir.
Kurangnya Pemahaman Ilmiah :
9. Ketidaktahuan Medis :Pengetahuan medis yang terbatas menyebabkan banyak penyakit dan kondisi mental disalahpahami dan dikaitkan dengan ilmu sihir. Gejala seperti halusinasi atau perilaku tidak biasa sering diartikan sebagai tanda kerasukan setan atau sihir.
10. Logika Melingkar :Tuduhan santet sering kali didasarkan pada "bukti" yang diperoleh melalui penyiksaan atau pengakuan yang dipaksakan. Praktik ini menciptakan siklus yang terus berlanjut di mana orang-orang dituduh, disiksa hingga mengaku bersalah, dan kemudian dijadikan saksi untuk melibatkan orang lain.
Kombinasi keyakinan agama, faktor sosial dan budaya, dinamika kekuasaan, dan kurangnya pemahaman ilmiah berkontribusi pada meluasnya kepercayaan terhadap penyihir selama abad pertengahan.