* Roma kuno: Cermin dianggap memegang refleksi jiwa seseorang, dan mematahkan satu dianggap merusak jiwa itu.
* Eropa abad pertengahan: Cermin mahal dan rapuh, jadi mematahkan kerugian finansial yang signifikan. Kekhawatiran praktis ini bisa berkontribusi pada perkembangan takhayul.
* Cerita Rakyat: Angka "tujuh" sering muncul dalam cerita rakyat dan takhayul, mungkin menambahkan unsur drama dan ketakutan pada mitos cermin yang rusak.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa takhayul tetap ada:
* Dampak Psikologis: Meskipun kita tahu itu tidak benar, gagasan nasib buruk bisa meresahkan secara psikologis. Ini dapat menyebabkan ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya, di mana kita menjadi lebih cemas dan rentan untuk tidak beruntung setelah memecahkan cermin.
* Transmisi Budaya: Takhayul diturunkan dari generasi ke generasi, dan keyakinan cermin yang rusak sudah tertanam dalam banyak budaya.
* Takut yang tidak diketahui: Keyakinan itu kemungkinan memanfaatkan ketakutan utama kita akan hal yang tidak diketahui dan kerapuhan kehidupan.
Jadi, apakah memecahkan cermin benar -benar sial? Tidak, itu hanya takhayul. Tetapi jika Anda khawatir tentang hal itu, ada cara untuk "memecahkan kutukan":
* Sapu potongan yang rusak dengan hati -hati. Ini melambangkan menghilangkan energi negatif.
* mengubur potongan cermin yang rusak. Ini dimaksudkan untuk mencegah kemalangan dari bermanifestasi.
* tertawa! Cara terbaik untuk mengatasi takhayul apa pun adalah dengan mengingat bahwa itu hanya keyakinan, dan fokus pada aspek -aspek positif dalam hidup Anda.