Astrolatry telah dipraktikkan di banyak budaya di seluruh dunia, termasuk:
- Mesir Kuno
- Yunani Kuno
- Roma Kuno
- Mesopotamia Kuno
- India Kuno
- Tiongkok Kuno
- Jepang Kuno
- Amerika Pra-Columbus
Di Mesir kuno, bintang dipandang sebagai rumah para dewa dan dewi. Bintang terpenting dalam jajaran dewa Mesir adalah Sirius, yang diasosiasikan dengan dewa Osiris. Di Yunani kuno, bintang juga dipandang sebagai rumah para dewa dan dewi. Bintang terpenting dalam jajaran Yunani adalah Zeus, yang diasosiasikan dengan dewa dengan nama yang sama. Di Roma kuno, bintang juga dipandang sebagai rumah para dewa dan dewi. Bintang terpenting dalam jajaran Romawi adalah Yupiter, yang diasosiasikan dengan dewa dengan nama yang sama.
Di Mesopotamia kuno, bintang dipandang sebagai perantara antara para dewa dan manusia. Bintang terpenting dalam jajaran Mesopotamia adalah Enlil, yang diasosiasikan dengan dewa dengan nama yang sama. Di India kuno, bintang juga dipandang sebagai perantara antara para dewa dan manusia. Bintang terpenting dalam jajaran dewa India adalah Indra, yang diasosiasikan dengan dewa dengan nama yang sama. Di Tiongkok kuno, bintang dipandang sebagai simbol para dewa dan dewi. Bintang terpenting dalam jajaran Tiongkok adalah Kaisar Langit, yang dikaitkan dengan dewa dengan nama yang sama.
Di Jepang kuno, bintang juga dipandang sebagai simbol para dewa dan dewi. Bintang terpenting dalam jajaran Jepang adalah Amaterasu, yang diasosiasikan dengan dewi dengan nama yang sama. Di Amerika pra-Columbus, bintang juga dipandang sebagai simbol para dewa dan dewi. Bintang terpenting dalam jajaran dewa Amerika pra-Columbus adalah Quetzalcoatl, yang diasosiasikan dengan dewa dengan nama yang sama.